Minimnya SOP Keselamatan Diduga Jadi Faktor Tenggelamnya Mahasiswa di Pantai Kabasaran
Minahasa, 30 September 2025 — Suasana duka menyelimuti kawasan Wisata Pantai Kabasaran, Desa Kapataran, Kecamatan Lembean Timur, setelah seorang pengunjung bernama Firland Ericho Lahilote alias Richo (21), mahasiswa asal Kota Bitung, dilaporkan tenggelam pada Selasa (30/9) sekitar pukul 09.00 WITA. Hingga sore hari, upaya pencarian masih belum membuahkan hasil.
Kapolsek Lembean Timur, IPDA Hermanto Lendengtariang, menjelaskan bahwa peristiwa bermula saat korban bersama lima rekannya menggunakan dua perahu kayak yang disewakan pihak pengelola pantai. Mereka berlayar terlalu jauh hingga melewati batas aman yang telah diperingatkan. Malang, kayak kedua yang ditumpangi korban bersama dua temannya terbalik dihantam ombak besar. Dua rekan korban, Adetya Sayow dan Filya Hamadi, berhasil diselamatkan penjaga pantai, sementara korban hilang terseret arus.
Sejumlah saksi menguatkan kronologi kejadian tersebut. Exel Mingguw, salah satu rekan korban, menuturkan bahwa kelompok mereka sudah sempat diingatkan oleh pihak pengelola untuk tidak melewati batas aman. Namun, korban yang saat itu tidak mengenakan pelampung tetap melanjutkan aktivitas hingga akhirnya terseret ombak. Penjaga pantai, Putra Tahulending dan Theofanus Kahusna, segera melakukan upaya penyelamatan, tetapi kondisi ombak besar dan air keruh menyulitkan pencarian korban.
Polsek Lembean Timur bersama pemerintah setempat langsung turun ke lokasi, melakukan olah TKP, serta mengumpulkan keterangan saksi-saksi. Proses pencarian dimulai secara manual oleh warga dan nelayan sekitar sejak pukul 09.30 hingga sore hari, namun korban tak kunjung ditemukan. Basarnas Provinsi Sulawesi Utara kemudian melanjutkan pencarian dari pukul 16.00 hingga 17.30 WITA, tetapi hasilnya juga nihil. Pencarian resmi akan dilanjutkan kembali pada Rabu (1/10) pukul 07.00 WITA.
Tragedi ini membuka sorotan terhadap standar keselamatan di objek wisata. Berdasarkan keterangan teman-teman korban, pihak pengelola hanya menyediakan dua jaket pelampung bagi pengunjung, jumlah yang jauh dari memadai jika dibandingkan dengan jumlah penyewa. Minimnya fasilitas keselamatan ini diduga menjadi faktor penyebab korban tak dapat diselamatkan. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan sejauh mana kelalaian prosedur keamanan di Pantai Kabasaran turut memperburuk kondisi hingga menelan korban jiwa. Hingga kini, keluarga korban masih menunggu dengan penuh harap agar Richo segera ditemukan.