HOMEMinahasaPolres Minahasa

Karena Miras Teman Jadi Musuh

Tondano, 8 Agustus 2025 — Di sebuah kos-kosan sederhana di Kelurahan Roong, Kecamatan Tondano Barat, suasana hangat pergaulan berubah menjadi tragedi berdarah. Seorang remaja berinisial A.S. (17), warga Desa Makalisung, Kecamatan Kombi, mengalami lima luka tusuk setelah dikeroyok dan ditikam oleh tiga pria yang sebelumnya menenggak minuman keras bersamanya.

Tiga pria tersebut, masing-masing berinisial C.U. (23), D.M. (21), dan Y.L. (24), kini telah diamankan oleh Tim Resmob Polres Minahasa yang dipimpin oleh Kanit Resmob AIPDA Hendra Mandang, S.H. Penangkapan dilakukan hanya dalam hitungan jam usai kejadian. Ketiganya kini meringkuk di ruang tahanan, menanti proses hukum atas perbuatannya.

Kejadian bermula saat ketiga pelaku dalam pengaruh minuman keras mendekati tempat kos teman korban. Mereka mengajak korban dan teman-temannya untuk minum bersama. Semula suasana tampak biasa saja, namun saat pagi mulai menyingsing dan pengaruh alkohol memuncak, cekcok kecil berubah menjadi aksi brutal. C.U. mencabut pisau badik dan menusuk korban. Pisau itu lalu digunakan pula oleh D.M. dan Y.L., secara bergiliran menusuk paha dan bagian tubuh korban lainnya.

Korban sempat berusaha melarikan diri meski dalam kondisi berdarah. Sementara itu, teman-temannya lebih dulu kabur saat kekerasan terjadi.

Menurut keterangan dari Kasi Humas Polres Minahasa AKP Michael A.J. Siwu, Kapolres Minahasa AKBP Stevent J.R. Simbar, S.I.K. menyatakan keprihatinan mendalam atas peristiwa ini.

“Kapolres menekankan bahwa kekerasan yang dipicu oleh miras adalah fenomena yang sangat membahayakan dan tidak boleh dianggap remeh. Ini bukan hanya soal kriminal, tapi juga soal budaya yang harus kita benahi bersama,” ungkap AKP Michael Siwu.

Lebih lanjut, pihak kepolisian mengimbau masyarakat, khususnya kalangan pemuda, untuk menjauhi konsumsi minuman keras dan menyelesaikan perbedaan dengan kepala dingin, bukan dengan senjata.

Peristiwa di Roong adalah alarm keras bahwa miras, bila tidak dikendalikan, dapat menjadi pemantik kekerasan yang fatal. Dalam banyak kasus, pelaku dan korban justru berasal dari lingkaran pertemanan yang sama. Pergaulan yang seharusnya menjadi tempat aman berubah menjadi arena saling melukai.

Di balik luka yang tampak di tubuh korban, ada luka sosial yang lebih dalam. Dan selama minuman keras masih mudah diakses dan kekerasan masih dianggap biasa, potensi tragedi semacam ini akan terus mengintai.

Kapolres Minahasa melalui Kasi Humas berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi seluruh elemen masyarakat. Kesadaran kolektif sangat dibutuhkan untuk membangun lingkungan sosial yang lebih sehat, aman, dan damai.