HOMEMinahasaPolres Minahasa

Kapolres Minahasa Ajak Mahasiswa Jadi Garda Terdepan Anti Korupsi “Plagiarisme hingga Nepotisme, Semua Harus Dilawan!”

Tondano, 30 Juli 2025 — Di tengah gempuran kasus-kasus korupsi yang merusak sendi-sendi bangsa, suara lantang untuk perubahan justru menggema dari ruang akademik. Bertempat di Gedung Training Center Universitas Negeri Manado (UNIMA), Rabu (30/7), ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas mengikuti Seminar Propaganda Anti Korupsi yang menghadirkan Kapolres Minahasa, AKBP Steven J.R. Simbar, S.I.K., sebagai pembicara utama.

Dengan nada tegas namun membangkitkan semangat, AKBP Steven memulai paparannya dengan menekankan bahwa korupsi bukan semata urusan uang negara. “Ini adalah soal mentalitas, integritas, dan masa depan bangsa,” ujar perwira menengah Polri ini. Menurutnya, mahasiswa bukan hanya penonton, tapi justru harus tampil sebagai garda terdepan dalam perang melawan korupsi.

Seminar yang dimulai pukul 11.45 WITA itu menyentuh berbagai isu aktual. Tak hanya membahas korupsi dalam birokrasi, Kapolres membuka cakrawala berpikir mahasiswa dengan memaparkan bentuk-bentuk korupsi yang sering luput dari perhatian: plagiarisme, manipulasi data, hingga praktik memberi hadiah kepada dosen demi nilai. “Ini juga korupsi, hanya kemasannya berbeda. Jangan pernah menormalisasi kebiasaan kecil yang mengarah ke kejahatan besar,” tegasnya.

Suasana ruang seminar memanas saat sesi tanya jawab dibuka. Mahasiswa-mahasiswa seperti Vanesa Rajab dan Fabio Polii melontarkan pertanyaan tajam tentang tanggung jawab institusi dan efektivitas hukum dalam memerangi korupsi. Bahkan seorang dosen, Bapak Tinowo dari Fakultas Informatika, menyinggung langsung praktik pungli yang masih terselubung di lingkungan kampus. Tak menghindar, AKBP Steven menegaskan komitmen Polres Minahasa untuk menindak setiap laporan masyarakat, termasuk dari dunia akademik.

“Kami tak hanya siap menerima laporan, tapi juga membuka ruang dialog. Jika kampus ingin menggandeng kepolisian dalam membangun sistem antikorupsi, kami sambut dengan tangan terbuka,” tegasnya lagi. Ia bahkan menyatakan dukungan terhadap wacana hukuman berat bagi pelaku korupsi sebagai efek jera.

Kegiatan berakhir pukul 13.00 WITA, namun semangat yang ditinggalkan membekas. Seminar ini bukan sekadar ajang ceramah, tetapi menjadi momen penting yang memantik kesadaran kolektif mahasiswa akan tanggung jawab moral dan sosial mereka. Dalam sorotan tajam antikorupsi, para peserta seolah diingatkan bahwa perubahan bukan datang dari gedung legislatif atau istana, tapi bisa dimulai dari ruang kelas, dari kampus, dari mereka sendiri.

“Mahasiswa bukan sekadar agen perubahan. Mereka adalah benteng terakhir agar bangsa ini tidak tumbang karena korupsi,” pungkas AKBP Steven dengan penuh keyakinan.